
Etika, Moral dan Akhlak dalam Islam
OLEH
ANGGA NURUNDA PUTRA
021210113033
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012 -2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
hanya karena berkat dan rahmat Nya maka dapat diselesaikan Makalah berjudul
Etika, Moral dan Akhlak dalam Islam
Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti pendidikan yang tengah penulis laksanakan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama ayah dan ibu
tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga
makalah ini berhasil diselesaikan.
Kepada segenap pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis, rasanya tiada kata yang pantas diucapkan selain terima kasih yang tak terhingga.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Kepada segenap pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis, rasanya tiada kata yang pantas diucapkan selain terima kasih yang tak terhingga.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Surabaya, September 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Agama Islam mengatur berbagai
aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan
lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan
menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Islam merupakan agama yang santun
karena dalam islam sangat menjungjung tinggi pentingnya etika, moral dan akhlak.
Akhlak adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, ta’biat, perangkai karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan khaliq atau dengan sesama makhluk.
Rasullullah bersabda, “Sesungguhnya
hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya”.
Dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku seseorang,
apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata
dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu
berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal
tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti
saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika
seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh
dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung
mengarah pada perilaku yang kurang baik.
Timbulnya
kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola
tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap
perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan
adalah menentang kesadaran itu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian Akhlak, Moral dan Etika,?
- Apa saja karakteristik Akhlak dalam Islam?
- Bagaimana proses terbentuknya Akhlak dalam Islam?
- Apa saja yang menjadi tolak ukur Akhlak baik dan buruk?
- Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?
1.3 TUJUAN
- Mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika serta perbedaanya?
- Memahami karakteristik akhlak dalam Islam
- Mengetahui proses terbentuknya akhlak dalam Islam
- Mengetahui tolak ukur akhlak baik dan buruk
- Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AKHLAK,
MORAL, DAN ETIKA
A.
Pengertian Akhlak
Ada
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari
sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai),
at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun
akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang
pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan
dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic,
akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak
memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Sementara
itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam
dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn
Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Ciri-Ciri
Perbuatan Akhlak:
1)
Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2)
Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)
Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar.
4)
Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5)
Dilakukan dengan ikhlas.
B.
Pengertian Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores
yang artinya adat kebiasaan. Moral ini selalu dikaitkan dengan ajaran
baik/buruk yang diterima umum/masyarakat. .(Azyumadi.2002.203-204)
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk. (Amiruddin.2010)
Adapun
arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
Selanjutnya
moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan
kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika
pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik
atau buruk.
Namun
demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral
tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran
filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan
demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
C.
Pengertian Etika
Sebuah tatanan perilaku
berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih
banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar
baik dan buruk adalah akal manusia. (Azyumadi.2002.203-204)
Berikutnya, dalam encyclopedia
Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik
mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah,
dan sebagainya. Dari definisi etika tersebut, dapat segera diketahui bahwa
etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi
objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran
atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak,
absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki
kekurangan, kelebihan dan sebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan
berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga,
dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap
sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang
demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik
atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai
perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena
berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan
antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasulkan oleh akal manusia. . (Amiruddin.2010)
Etika
adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi
ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari
segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan
ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Adapun
arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Sebagai
cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan
subyektivisme.
1.
Obyektivisme
Berpandangan
bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi
tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme
dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita
senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan
semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat
begitu.
2.
Subyektivisme
Berpandangan
bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau
pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme
kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
Etika
Dibagi Atas Dua Macam
1.
Etika deskriptif
Etika
yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku
manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan
masyarakat.
2.
Etika Normatif
Etika
yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus
bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika
dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika
dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan
yang harus dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan
boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika
tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri
bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa
itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket
memandang manusia dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia
secara utuh.
Dengan
ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Etika
Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1.
Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang
perilaku manusia
2.
Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok
dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3.
Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4.
Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan
aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat
bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di
dalam masyarakat.
Etika
Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1.
Etika bergaul dengan orang lain
a)
Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b)
Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka,
lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c)
Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
d)
Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
e)
Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya, dan
tahanlah rasa benci terhadap mereka.
2.
Etika bertamu
a)
Untuk orang yang mengundang:
-
Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan
orang-orang fakir.
-
Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
-
Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah
kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
-
Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu
berarti menghormatinya.
-
Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan
penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
b)
Bagi tamu:
-
Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang
yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan
(cambuk) terhadap perasaannya.
-
Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada
waktunya.
-
Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa
untuk tinggal lebih dari itu.
-
Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang
terjadi pada tuan rumah.
3.
Etika di jalan
a)
Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat
berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari
orang lain karena takabbur.
b)
Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
c)
Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya
seseorang bisa masuk surga.
d)
Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
4.
Etika makan dan minum
a)
Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
b)
Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga
setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c)
Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan
sekali-kali mencelanya.
d)
Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
e)
Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri
dengan Alhamdulillah.
f)
Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.
5.
Etika berbicara
a)
Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..
b)
Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak
yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
c)
Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
d)
Menghindari perkataan jorok (keji).
6.
Etika bertetangga
a)
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
b)
Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka
tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui
batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti
perasaannya.
c)
Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya
kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah)
dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
d)
Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.
7.
Etika menjenguk orang sakit
a)
Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
-
Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk
berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk
menghibur dan membahagiakannya.
-
Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.
-
Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT.
b)
Untuk orang yang sakit:
-
Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.
-
Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah
makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak
mem-butuhkan ketaatannya.
-
Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan
olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada
pemi-liknya, dan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
Perbedaan Antara Etika dan MoralPerbedaan
Akhlak, Moral, dan Etika
1.Akhlak : standar perenentuan Al-Qur’an dan
Al-Hadits
2.Moral : besifat lokal/khusus
3.Etika : lebih bersifat teoritis/umum
(Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan
susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan
al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila
terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak
bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis.
Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila
bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan
moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
(Amiruddin.2010)
Etika
dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran
moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan
qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1.
Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2.
Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang
objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui
berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam
situasi yang sejenis.
3.
Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan
pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,
rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa
harus ada dorongan atau paksaan dari lua
2.2 KHAREKTERISTIK AKHLAK ISLAM
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan
sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami.
Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi
sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga
bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal
ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang
disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak,
juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas
nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa
akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral,
walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang
berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika
terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan
dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan
akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh
etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan
ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari
akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
2.3 PROSES
TERBENTUKNYA AKHLAK DALAM ISLAM
a.
Reinforcement
Reinforcement
merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia. Reinforcement
dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative.
Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia
akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga
perilaku tersebut akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak.
Misalkan, anak yang hidup di keluarga yang sangat sayang kepada anaknya, anak
tersebut ketika habis makan, piringnya dicucikan pembantu, makan diambilkan,
orang tua membiarkan anaknya berperilaku seperti itu bahkan semakin disayang.
Hal ini merupakan reinforcement positif, yang membuat ia merasakan kenyamanan
dan kenikmatan, sehingga ia akan sering melakukan perilaku tersebut, ia menjadi
terkondisikan untuk dimanja, sehingga ia akan memiliki kepribadian anak yang
manja. Tetapi saat ia berperilaku manja dengan tidak mencuci piring setelah
makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan memukul. Ia akan menjadi jera dan
tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, hal inilah yang disebut
reinforcement negative.
Dalam
Islam, reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian,
pahala, masuk surga yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik,
sehingga membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau
dosa, masuk neraka, merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak
akan mengulangi perilaku buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.
b. Peran
hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam
terbentuknya akhlak
- Pengaruh hereditas
Rasulullah
saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan
individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta’ala telah menciptakan Adam as.dari
segumpal tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi.
Abu Hurairah berkata, “Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada
Nabi saw. seraya berkata, ‘ Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit
hitam.’ Nabi saw. bersabda, Apakah kamu memiliki unta ? ‘ Lelaki itu menjawab,
‘Ya.’ Rasulullah bertanya Apa warnanya?’ Lelaki itu menjawab, ‘Merah.’
Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-hitaman?’ Lelaki itu berkata,
‘Sebenarnya memang kehitam-hitaman.’ Lelaki itu kembali berkata, ‘Lantas dari
mana datangnya waran hitam pada unta itu?’ Rasulullah bersabda, ‘Mungkin karena
faktor keturunan.
- Fitrah manusia
Hakikat
manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat
hewan dan malaikat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke
hawa nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung
menuju pada kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia
memiliki sifat yang menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada firah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika manusia dalam memutuskan sebuah
perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut. Ketika perilaku cenderung ke
suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik, dan sebaliknya.
- Pengaruh lingkungan
Kepribadian
anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat, tradisi,
nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan
memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa
yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan
sebagai alat komunikasi kedua orang tuanya, mempelajari agama yang diyakini
kedua orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua
orang tuanya.
Rasulullah
saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan kepribadian
anak. Beliau bersabda, ” Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi,
Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan
sempurna, apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? ” Abu Musi
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman
yang salih dan teman yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai
besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli
minyak, atau kamu akan mendapat aroma wangi darinya. Sementara pandai besi,
bias jadi ia akan membakar busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap
darinya.” Rasulullah saw. Juga bersabda, ” Seseorang berpijak pada agama
temannya. Maka, lihatlah siapa yang menjadi temannya !
2.4 TOLAK
UKUR AKHLAK BAIK BURUK DALAM ISLAM
Dari segi
bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) atau
good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian,
dan seterusnya.
Pengertian
baik menurut Etik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang
tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat
pula berarti sesuatu yang mendatangkan memberikan perasaan senang atau bahagia.
Dan adapula yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang
disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan
menjadi tujuan manusia.
Menurut
ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
- Menurut aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah
Aliran ini
berpendapat bahwa ketentuan baik dan buruk sudah ada ketentuan dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Untuk menentukan hal yang baik dan buruk, aliran ini mendahulukan
nash lalu akal.
- Menurut aliran Tasawwuf
Aliran
tasawwuf adalah suat paham yang mementingkan kehidupan spiritual dari pada
materi. Menurut ahli tasawwuf, nilai baik dapat diukur dari perasaan bahagia.
Begitupula dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang
menyengsarakan. kebaikan dan keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf adalah
terkait dengan kehidupan ukhrowi, jika kebaikan diperoleh di dunia, maka
kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk memperoleh kebaikan di akhirat.
2.5
JENIS-JENIS AKHLAK
Dari segi
sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua,
akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
- A. Akhlak Mahmudah
“Akhlak
mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji
pula”.
Sifat
terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada
rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan
patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas
segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah,
khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka
bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup
bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
B. Akhlak
Madzmumah
“Akhlak
madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak
iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang
termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya,
dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak,
fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari
lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah
antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah
merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat
4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka
mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”
BAB III
PENUTUP
Etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Perbuatan baik atau buruk
dapat di kelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil
berfikir. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
Sedangkan moral
meski sering digunakan juga untuk menyebut akhlak atau etika tetapi tekanannya
pada sikap seseorang terhadap nilai baik-buruk, sehingga moral sering
dihubungkan dengan kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika masih ada dalam tataran konsep maka moral
sudah ada pada tataran terapan.
Akhlak
merupakan dari bahasa arab, yaitu khuluk
(budi pekerti). Dan dari istilah, ialah sebagai ilmu, yaitu yang mempelajari
perbuatan baik yang harus selalu dilaksanakan dan perbuatan buruk yang harus
ditinggalkan, baik terhadap Allah maupun sesama makhluk.
3.2 Saran
diharapkan,
dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun engetahui
dan memahami perilaku baik dan buruk dalam kehidupan, sehingga dapat
mengaplikasikan perilaku baik tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam, serta
menjauhi dan meninggalkan perilaku yang tidak sesuai dengan Ridho’ Allah SWT
dan dapat menerapkan etika, moral dan
akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam
golongan kaumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ruangbacasmancis.blogspot.com/2012/09/karakteristik-akhlak-islam.html
http://umarrosadiuninus.blogspot.com/2013/05/karakteristik-akhlak-islam.html
http://www.mukhlis.web.id/sifat-pemaaf.html
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-akhlak.html
http://konsep-islam.blogspot.com/2011/10/pembagian-akhlak-dalam-islam.html